Blog Islami yang berdasarkan Quran dan Hadits.

Thursday, July 24, 2014

Antara Dendam dan Maaf

Memberi dan Meminta Maaf
Drs.H. Abdul Rahman

Memberi dan meminta maaf kepada seseorang merupakan sikap yang dianjurkan oleh Allah SWT, sebab dengan sikap tersebut, sikap dendam dan rasa marah dapat dihilangkan. Sifat dendam dan rasa marah itulah sesungguhnya yang sering menyebabkan terjadinya berbagai tindak kekerasan dan kekejaman. Oleh karena itu dengan mengedepankan sikap memberi dan meminta maaf, perbuatan tidak terpuji itu dapat dihindari. Memang diakui bahwa tidak semua dendam dan marah itu timbul akibat seseorang enggan memberi dan meminta maaf, tetapi yang jelas sikap enggan memberi dan meminta maaf dapat menimbulkan dendam dan marah seseorang. Selain itu, sikap mudah memberi dan meminta maaf merupakan salah satu ciri orang bertaqwa. Oleh karenanya, orang yang suka memberi dan meminta maaf nilai kepribadiannya dan ketaqwaannya sangat luhur. Itulah sebabnya maka sikap ini senantiasa dimiliki oleh para nabi dan rasul Allah, para sahabat utama Nabi Muhammad SAW, para ahli sufi dan orang-orang yang saleh.

Sikap seperti itu misalnya ditunjukkan oleh Nabi Yusuf AS, yang memaafkan saudara-saudaranya yang dulu membuang beliau, bahkan memasukkannya ke dalam sumur. Sikap tersebut juga ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW, yang memberi maaf kepada penduduk Makkah yang memusuhi dakwahnya, menyiksa, dan mengusirnya. Dengan sikap inillah satu persatu seluruh penduduk Makkah masuk Islam dengan berbondong-bondong. Demikian pula beliau senantiasa meminta maaf kepada para sahabatnya dan ummatnya, walaupun mereka mengakui bahwa beliau tidak pernah berbuat salah terhjadap mereka. Menjelang akhir hayatnya, beliau mengumumkan dihadapan para sahabatnya bahwa beliau meminta maaf kepada mereka dan menyampaikan kepada mereka bahwa siapa-siapa yang merasa disakiti atau tersinggung selama dalam kepemimpinannya agar mereka mengumumkannya dan mempersilahkan untuk menuntut balas dendam kepada beliau. Maka pada akhir hayatnya beliau tidak meninggalkan kesalahan sama sekali, bahkan beliau meninggal dengan penuh keharuman dan ditengah-tengah kecintaan ummat yang amat mendalam. Sikap pemaaf Rasulullah SAW juga diteladani oleh para sahabatnya dan orang-orang yang saleh. Dalam hal sikap pemaaf, Allah SWT berfirman yang artinya :
........ dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema`afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran : 134)
Ayat tersebut sedang menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang bertaqwa, yang berarti sikap suka memberi dan meminta maaf adalah termasuk sikap orang yang bertaqwa.

Namun yang masih kita prihatinkan hingga sekarang ini adalah masih banyaknya orang yang enggan memberi maaf atas kesalahan yang diperbuat orang lain, walaupun orang tersebut sudah bertaubat dan meminta maaf. Juga masih banyak orang yang tidak mau meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan terhadap orang lain. Padahal jelas-jelas kesalahan itu dilakukan olehnya. Akibat sikap enggan memberi dan meminta maaf itulah maka sifat-sifat dendam, marah, dan benci yang ada di masyarakat itu timbul dikarenakan dari keengganan tersebut sulit dihilangkan. Akhirnya sifat-sifat tersebut merusak tali persaudaraan. Keengganan memberi dan meminta maaf itu terjadi karena :
Pertama, akibat rasa dendam yang timbul dalam hati. Rasa dendam itu kemudian melahirkan kemarahan sehingga seseorang sulit untuk meminta maaf, bahkan lebih buruk lagi jika timbul tindakan balas dendam. Tindakan balas dendam inilah yang akhirnya merugikan dan meresahkan masyarakat. Memang rasa dendam bisa timbul salah satu sebabnya karena seseorang enggan memberi dan meminta maaf, tetapi karena dendam pula seseorang menjadi enggan memberi dan meminta maaf.

Sifat dendam yang kemudian tidak mempedulikan kata maaf terhadap seseorang itu bisa terjadi karena dua sebab yaitu karena dengki (iri hati) dan akibat kejahatan yang dilakukan seseorang terhadap orang yang dendam itu.
Dendam yang timbul karena dengki itu merupakan penyakit hati manusia yang tidak ingin melihat orang lain bahagia atau sukses. Hanya karena tidak senang melihat orang bahagia / sukses, ia terkadang tega melakukan tindak kejahatan. Karena itu penyakit dengki merupakan penyakit hati yang berbahaya sekali, yang harus dikikis habis dari dalam diri manusia. Adapun dendam yang timbul akibat kejahatan orang lain sehingga terdorong ingin melakukan balas dendam, hal itu juga tidak dibenarkan oleh Islam. Sebab tindakan balas dendam hanya akan melahirkan tindakan serupa dari pihak yang dirugikan.

Oleh karena itu jalan yang paling baik adalah menghilangkan sifat atau rasa dendam tersebut. Sebab dengan hilangnya sifat atau rasa dendam itu, maka seseorang akan menjadi pemaaf, sedangkan sifat pemaaf ini akan menimbulkan simpati orang lain, hingga orang lain yang semula hatinya keras dapat berubah menjadi lunak. Yang dulunya benci menjadi cinta, yang kemarin memusuhi menjadi pembela, dan yang semula antipati berubah menjadi pendukung berat. Itulah sebabnya mengapa Nabi Muhammad SAW, mendapat pengikut yang besar sekali, hingga seluruh penduduk jazirah Arab masuk Islam. Sekiranya beliau memiliki sifat dendam dan kasar, pasti mereka akan lari dari beliau karena takut akan tindakan balasan dari beliau terhadap mereka yang dulu pernah memusuhinya. Dalam hal sifat Nabi itu, Allah SWT berfirman yang artinya :
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu..” (QS. Ali Imran :159)

Kedua, yang menyebabkan seseorang enggan memberi atau meminta maaf ialah karena merasa tidak pernah berbuat salah. Yang demikian itu karena ia merasa tindakannya benar, dan sudah sesuai dengan prosedur hukum. Padahal tindakannya itu nyata-nyata menyengsarakan dan merugikan orang lain. Hal itu dapat terjaddi karena seseorang tidak mau mengkoreksi dirinya, yang demikian karena ia tidak mempunyai pegangan dan dasar yang kuat yang dapat dijadikan jalan untuk bermuhasabah (mengkoreksi diri).

Mengukur perbuatan jika hanya dengan pendapatnya sendiri, maka yang bersangkutan akan merasa selalu benar. Oleh sebab itu ukuran yang paling tepat untuk mengukur perbuatan seseorang ialah Al-Qur’an. Sebab dengan Al-Qur’an itulah seseorang akan mampu melihat secara adil terhadap dirinya sendiri. Sehingga bila terdapat kesalahan pada dirinya ia tidak segan-segan mengakuinya dan meminta maaf kepada yang dirugikan. Maka marilah kita senantiasa bermuhasabah agar kita senantiasa ingat bahwa kita terkadang juga bisa berbuat salah. Dengan kesadaran inilah kita akan mudah mengakui kesalahan dan tidak perlu menyalahkan orang lain. Dalam Al-Qur’an Allah SWT berfirman yang artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS.Al-Hasyr:18)

Ketiga, yang menyebabkan seseorang enggan memberi dan meminta maaf ialah karena menyangka bahwa sikap memberi dan meminta maaf itu merupakan simbul kelemahan dan kekalahan. Oleh karenanya seseorang akan merasa rendah diri jika harus memberi atau meminta maaf terlebih dahulu.
Anggapan seperti itu sungguh sangat keliru, karena justru sikap suka memberi dan meminta maaf itulah seseorang menjadi luhur derajatnya. Sebaliknya keengganan memberi atau meminta maaf itu menyebabkan seseorang menjadi rendah derajatnya. Satu bukti bahwa dengan sikap pemaaf Rasulullah SAW, itulah beliau semakin luhur pribadinya, dicintai ummatnya, dan semakin banyak pengikutnya, yang berarti pula semakin besar kekuatannya. Jika demikian bisa ditegaskan bahwa didalam sikap pemaaf itu ada keluhuran dan kemenangan. Dalam hal memberi maaf, Allah SWT berfirman yang artinya :
“...dan pema`afan kamu itu lebih dekat kepada takwa. dan janganlah kamu melupakan keutamaan di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha melihat segala apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Baqarah : 237 )

Dari uraian ini dapat disimpulkan : Pertama, sikap mau memberi dan meminta maaf merupakan bukti keluhuran pribadi seseorang dan salah satu ciri orang yang bertaqwa. Kedua, dengan sikap tersebut, maka rasa dendam, benci dan permusuhan dapat dihilangkan.

Sebagai penutup marilah kita tumbuhkan dalam diri kita sikap suka memberi dan meminta maaf terhadap orang lain. Semoga Allah senantiasa memaafkan kesalahan-kesalahan kita dan memberkahi kita semua, Amin.

No comments:

Post a Comment